10/13/2020 JURNAL PENDIDIKAN FISIKA: "Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa Melalui Model Pembelajaran STEM"Read NowWahana Pendidikan Fisika telah memiliki p-ISSN dengan nomor 233 8-1027. Wahana Pendidikan Fisika (WaPFi) tersedia di http://ejournal.upi.edu/index.php/WapFi/. WaPFi adalah peer reviewed journal yang memublikasikan artikel ilmiah hasil penelitian dan kajian dari pendidikan dan pembelajaran fisika secara daring ( ONLINE) dengan menggunakan Online Journal System (OJS). Wahana Pendidikan Fisika diterbitkan oleh Program Studi Pendidikan Fisika, Departemen Pendidikan Fisika, Universitas Pendidikan Indonesia. WaPFi menerima manuskrip dari berbagai kalangan baik akademisi maupun peneliti dari level nasional, regional, atau internasional dengan menggunakan Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris. WaPFi merupakan jurnal pendidikan dan pembelajaran fisika yang berfungsi untuk mewadahi artikel hasil penelitian dan kajian yang dilakukan oleh dosen, peneliti, guru, widyaiswara, dan pemerhati pendidikan fisika baik dari kalangan Departemen Pendidikan Fisika FPMIPA UPI maupun dari instansi atau lembaga lain yang mencakup kajian terkait:
Ditinjau dari aspek kehidupan manapun, kebutuhan akan kreativitas sangatlah penting. Kreativitas memungkinkan penemuan- penemuan baru dalam bidang ilmu dan teknologi serta dalam semua bidang usaha manusia lainnya. Menurut Munandar [1], kreativitas bukan hanya sebuah pemikiran yang keluar dari otak sesorang, akan tetapi merupakan kombinasi dari hasil pemikiran dan komitmen untuk menindaklanjuti ide-ide agar terwujud sebuah atau beberapa sebuah karya/produk kreatif. Aspek pokok kreativitas adalah kunci untuk melahirkan ide, gagasan, pemecahan masalah dan penemuan. Menurut William dalam Munandar [1], termasuk kedalam kategori aspek-aspek kreativitas antara lain (1) fleksibel, yaitu menghasilkan gagasan, melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda- beda, mencari banyak alternative atau arah yang berbeda-beda; dan mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran. (2) Elaborasi, yaitu mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk dan menambah atau merinci detail-detail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga lebih menarik, (3) Keaslian, yaitu kemampuan untuk menuangkan ide, gagasan, pemecahan, cara kerja yang tidak biasa dan jarang bahkan mengejutkan, (4) kelancaran, yaitu memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal dan selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. Dari hasil wawancara dengan guru fisika SMA Negeri 4 Bandung bahwa kreativitas siswa kelas XI MIPA 6 masih rendah. Hal ini ditunjukan berdasarkan hasil analisa guru yang bersangkutan. Menurut guru fisika disekolah tesebut, kelas XI MIPA 6 merupakan kelas dengan tingkat kreativitas siswa yang paling rendah. Sedangkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap siswa – siswi di SMA Negeri 4 Bandung, ternyata masih banyak siswa yang tidak menyukai pelajaran fisika, mereka menganggap bahwa pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sangat sulit dan penuh dengan rumus – rumus yang harus di hafal, pembelajaran fisika dilakukan 80% berbasis fenomena dan kurang dari 20% menggunakan alat atau media pembelajaran yang melatih siswa untuk menciptakan suatu karya. Dalam rangka meningkatkan kreativitas siswa ini, perlu adanya desain pembelajaran yang mampu mengakomodasi kreativitas tersebut. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini mengkaji tentang kreativitas siswa dalam membuat karya fisika melalui model pembelajaran berbasis STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics). Penelitian yang dilakukan oleh winarni, dkk [2], model pembelajaran STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematics) merupakan suatu pembelajaran secara terintegrasi antara sains, teknologi, teknik dan matematika untuk mengembangkan kreativitas siswa melalui proses pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Sue. Z Beers [2] mengemukakan bahwa S.T.E.M. curriculum incorporates the “four C’s” of 21st century skills: creativity, critical thinking, collaboration and communication. Berdasarkan pernyataan tersebut kurikulum STEM melibatkan 4C dari keterampilan abad 21 yaitu meliputi Creativity (kreativitas), critical thinking (berpikir kritis), collaboration (kolaborasi), dan communication (komunikasi). Dalam hal ini siswa bekerjasama untuk menciptakan solusi inovatif pada masalah nyata dan mengkomunikasikannya dengan orang lain. Menurut Lowery dalam Maryland State Department of Education [3], STEM education is an approach to teaching and learning that integrates the content and skills of science, technology, engineering, and mathematics. STEM Standards of Practice guide STEM instruction by defining the combination of behaviors, integrated with STEM content, which are expected of a proficient STEM student. These behaviors include engagement in inquiry, logical reasoning, collaboration, and investigation. The goal of STEM education is to prepare students for post-secondary study and the 21st century workforce. Berdasarkan pernyataan tersebut, STEM memiliki keunggulan dibanding pendekatan yang mengintegrasikan lingkungan, teknologi dan masyarakat lainnya karena STEM adalah sebuah pengajaran dan pembelajaran yang mengintegrasikan konten dan keterampilan ilmu pengetahuan, teknologi, teknik dan matematika. Tujuan dari pendidikan STEM adalah mempersiapkan siswa untuk tonggak ilmu sekunder dan keahlian kerja abad 21. Untuk lebih lengkapnya mengenai penelitian ini, silahkan Sahabat Belajar mengunduh jurnal dibawah ini untuk sebagai referensi
0 Comments
Leave a Reply. |
Details
AuthorMochamad Rizalul Fikri ArchivesCategories |